Kumpulan Naskah Drama Terbaru
Cerita Abu Nawas
Kumpulan Naskah Drama Terbaru Cerita Abu Nawas. Selamat pagi dan salam sejahtera
bagi kita semua Assalamuallikum wr.wb. Sebelum kami melanjutkan artikel kali
ini yaitu Naskah Drama Abu Nawas alangkah baiknya kita simak ulasannya berikut
ini. Bagi para siswa sekolah sekarang
biasanya pati tugas sekolah tambahan yaitu seni drama atau memainkan sebuah
drama tentunya kalian membutuhkan sebuah naskah drama untuk pementasan . Banyak
hal yang positif atau faidah melakukan naskah drama salah satu diantaranya
adalah menonjolkan bakat seni siswa siapa tahu di masa depannya nanti akan
menjadi seorang artis yang terkenal. Apalagi untuk menjiwai sebuah peran dalam naskah drama tersebut. Telah kita
ketahui sebuah Naskah Drama sudah
dipelajari oleh kebanyakan artis-artis sebelum mereka menjadi terkenal, untuk
itu bagi kalian para siswa yang memiliki bakat terpendam dalam bidang seni
drama sangat cocok mempelajari hal tersebut. Baiklah tanpa perlu panjang lebar mari kita
simak naskah drama berikut ini:
Disuatu kerajaan di Baghdad yang
dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Sultan Harun Al-rashid terdapat seorang
tokoh lucu yang tiada bandingannya. Tokoh ini bernama Abunawas, ia berasal dari Persia, setelah
dewasa ia mengembara ke Bashrah dan Kufah, namun pergi lagi ke Baghdad bersama
ayahnya, keduanya menghambakan diri pada Raja Sultan Harun Al-rashid.
Awal perkenalan Raja dengan
Abunawas. Pada saat itu dikerajaan Baginda Raja.
Raja : Kabar apa yang kau bawa hari ini,
penasihatku?
Penasihat : Baginda yang mulia, sepertinya rakyat banyak yang sudah jatuh hati pada
seorang pemuda yang bernama Abunawas, ia sering sekali dibicarakan oleh
masyarakat. Menurut mereka, ia banyak membantu rakyat dalam memecahkan masalah
dan bersikap dermawan. Sepertinya ia lebih terkenal dari Baginda Raja.
Raja : Abunawas! Siapa dia?
Penasihat :
Dia belum lama tinggal di Negeri ini Baginda Raja. ia tinggal di desa
sebelah utara Negeri ini.
Raja :
Ini tidak bisa dibiarkan tidak ada yang boleh lebih terkenal dari pada
aku!
Penasihat :
Benar paduka, bila ini terus berlangsung, bisa–bisa rakyat menginginkan
dia untuk menjadi pemimpinnya dan posisi paduka bisa terancam.
Raja : Apakah akan seperti itu! Ini tidak bisa
dibiarkan, menurutmu apa yang harus aku lakukan?
Penasehat :
Baginda yang mulia, undanglah Abunawas kemari! Kita lihat seperti apa
dia dan secerdik apakah dia.
Raja :
Yah... kau benar... sepertinya aku dapat sesuatu untuk salam
perkenalanku dengannya.
Untuk memenuhi ambisinya Baginda
Raja menerima saran dari penasihat kepercayaannya, dan ke esok harinya Baginda memerintahkan
pengawalnya untuk membawa Abunawas kehadapanya. Baginda Raja sudah menyiapkan
hadiah yang telah ia persiapkan untuk kedatangan Abunawas. Setelah Abunawas
tiba di istana, Baginda Raja menyambut kedatangan Abunawas dengan sebuah
senyuman.
Kunjungi juga:
Abunawas :
Hamba Baginda Raja, apa yang bisa hamba lakukan sehingga hamba dipanggil
kemari?
Raja : Jadi kau yang bernama Abunawas, senang
bertemu denganmu. Aku dengar kau adalah orang yang bisa mengatasi berbagai
masalah. Oleh karena itu, aku memerlukan bantuanmu.
Abunawas :
Hamba hanya orang biasa yang mulia, memangnya apa yang bisa hamba bantu?
Raja : Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan
perut, kata tabib istanaku, aku terkena serangan angin.
Abunawas :
Lalu apa yang bisa hamba bantu, ya Baginda?
Raja : Aku hanya menginginkan engkau untuk
menangkap angin dan memenjarakannya!
Abunawas terdiam, tak sepatah
kata pun keluar dari mulutnya. Yang ia pikirkan bukan bagaimana menangkap angin
tetapi ia bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkapnya itu memang
benar-benar angin.
Abunawas :
Baiklah, Baginda Raja. Hamba siap menjalankan tugas dari Baginda Raja,
bari hamba waktu 3 hari untuk menyelesaikan tugas ini.
Raja :
Baiklah, tetapi apabila kau tidak bisa membawakan angin dan
memenjarakannya , maka kau harus dihukum.
Abunawas pun pulang dengan
membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abunawas tidak bersedih hati,
karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan sudah menjadi
suatu kebutuhan.
Raja : Penasihatku, apa menurutmu Abunawas akan
berhasil menyelesaikan tugasnya?
Penasihat :
Tentu saja tidak Baginda, ini hal yang mustahil, angin saja tidak dapat
dilihat. Jadi, bagaimana bisa menangkap angin apalagi memenjarakannya.
Raja : Hahaha haha......., kita lihat saja nanti.
Pasti dia akan mendapat hukuman.
Setibanya dirumah, Abunawas
menceritakan apa yang terjadi di istana kepada istrinya.
Istri Abunawas :
Suamiku, apa yang dibicarakan Raja dengan mu, sampai-sampai ia
memanggilmu ke istana?
Abunawas :
Baginda menyuruhku untuk menangkap angin dan memenjarakannya. Bila aku
gagal melaksanakan tugas ini, maka aku akan dihukum.
Isti Abunawas :
Apa? Memenjarakan angin itu hal yang mustahil, suamiku.
Abunawas :
Tidak istriku, tidak ada yang mustahil, jika Tuhan berkehendak, maka
apapun akan terjadi. Kita harus percaya Allah akan menolong kita. Kau tenang
saja, aku akan memikirkan caranya.
Dua hari telah berlalu, tetapi
Abunawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi
memenjarakannya. Abumawas duduk didepan rumahnya ditengah malam, sambil
memandangi bintang-bintang dan mendengarkan suara-suara hewan malam. Ia masih
memikirkan akal apa yang harus ia pakai untuk menyelesaikan tugas Baginda Raja.
tak lama kemudian Istri Abunawas keluar menghampiri Abunawas dengan membawa
makanan untuk cemilan dan duduk disamping Abunawas.
Istri Abunawas :
Besok adalah hari terakhir mu menyelesaikan tugas dari Baginda Raja,
apakah kau sudah menemukan caranya?
Abunawas :
Belum, aku belum mendapat akal. Biarlah apapun hasilnya besok aku akan
menghadap Baginda Raja.
Abunawas hampir putus asa, ia
tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Ke esok paginya ia berjalan gontar menuju
istana. Disela-sela kepasrahannya kepada takdir ia teringat dengan Aladin dan
Lampu wasiatnya.
Abunawas :
Itu dia.......... bukankah jin itu tudak bisa terlihat! Ahhhhhhh ia ia.
Itu dia, akhirnya aku menemuka akal.
Abunawas berjingkrak riang dan
segera kembali pulang, dan sesampainya dirumah.
Isrti Abunawas :
Kau sudah pulang, apa tugasmu sudah selesai?
Abunawas :
Belum, aku baru saja mendapatkan ide. Istriku tolong kau siapkan botol,
aku akan membawanya kepada Raja!
Istri Abunawa :
Aku tidak mengerti, tetapi baiklah.
Setelah Abunawas mendapatkan apa
yang ia cari, kemudian ia pergi menuju Istana. Dipintu gerbang istana Abunawas
langsung dipersilahkan masuk oleh penjaga
istana, ternyata Baginda Raja telah menunggu kedatangan Abunawas.
Penjaga Istana :
Masuklah Abunawas, kau sudah ditunggu Baginda Raja.
Abunawas :
Terimakasih.
Raja : Abunawas! Sudahkan engkau menangkap angin
dan memenjarakannya?
Abunawas :
Hamba Baginda, hamba sudah memenjarakannya didalam botol.
Raja : Mana angin itu, Abunawas?
Abunawas :
Ampun tuanku, memang angin tidak bisa dilihat tetapi bila paduka ingin tahu angin. Tutup
botol itu harus dibuka terlebih dahulu.
Dengan perlahan Baginda membuka
tutup botol itu.
Raja : Bau apa ini? Bau sekali..... Abunawas! Bau
apa ini?
AbUnawas :
Ampun Baginda Raja, tadi hamba buang angin besar dan hamba memasukkannya
kedalam botol, hamba takut angin yang hamba buang itu keluar, jadi hamba
memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol itu.
Penasihat :
Abunawas, yang baginda inginkan untuk kau memenjarakan angin. Jadi, mana
wujud angin itu?
Abunawas :
Maaf Baginda Raja, sebelumnya pasti Baginda Raja sudah tahu bahwa angin
itu tidak dapat dilihat tetapi kita dapat merasakannya. Oleh karena itu, hamba
ingin lebih membuktikannya dengan bau ini.
Mendengar panuturan dari
Abunawas, Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abunawas memang masuk
akal. Dari situ Baginda Raja mulai menyukai sosok Abunawas. Baginda ingin
mengangkat Abunawas menjadi seorang kadi atau orang yang memutuskan segala
perkara, tetapi Abunawas menolaknya. Meskipun demikian dari situ Abunawas
sering kali diajak konsultasi oleh Raja. terkadang Baginda sering sekali
memanggil Abunawas hanya untuk menjawab pertanyaan Baginda yang aneh-aneh.
Dan tugas Abunawas pun telah selesai.
Hari terus berganti hari, hingga pada suatu sore, ketika Abunawas sedang
mengajar murid-muridnya. Dan Abunawas
sendiri adalah seorang sufia atau ulama besar sehingga tidak heran ia memiliki
murid yang banyak. Ada dua orang tamu, sepasang suami-istri datang kerumahnya.
Suami-istri itu berkebangsaan Mesir.
Pria tua : Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu
tuan, kami datang kemari untuk mengadukan ketidak adilan yang dilakukan oleh
tuan kadi kepada kami, kami tidak tahu harus mengadukan ini kepada siapa karena
kami baru di kota ini. Dan kami dengar tuan Abunawas adalah orng yang bisa
memecahkan berbagai masalah.
Abunawas :
Masalah yang aku atasi adalah izin dari Allah, aku hanya berdo’a
kepada-Nya untuk selalu membarikan jalan yang benar. Baiklah ketidak adilan apa
yang ingin kau adukan?
Setelah mendengar penuturan dari
keduanya, Abunawas menyuruh murid-muridnhya menutup kitab mereka. Semua murid
heran, mereka tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh guru mereka.
Namun mereka begitu patuh kepada guru mereka. karena mereka yakin gurunya
selalu membuat kejutan dan berada dipihak yang benar.
Abunawas :
Murid-muridku semua, besok malam pergilah kerumah tuan kadi dengan
membawa batu dan kayu, lalu hancurkanlah rumah tuan kadi.
Murid-murid :
Hah merusak rumah tuan kadi?
Abunawas :
Kalian semua jangan ragu! Lakukanlah sesuai apa yang aku perintahkan.
Barang siapa yang mencegahmu jangan kau hiraukan, terus hancurkan rumah tuan
kadi yang baru. Barang siapa yang bertanya katakan saja, aku yang menyuruh
kalian untuk menghancurkan rumah tuan kadi.
Dan barang siapa yang hendak
melempar kalian maka pukulilah meraka dan lemparilah dengan batu.
Pria tua : Tuan Abunawas, sebenarnya rencana apa yang
hendak tuan lakukan, mengapa harus menghacurkan rumah tuan kadi?
Abunawas :
Kalian bilang ingin menuntut keadilan bukan?! Kalian tenang saja biar
aku yang mengurus masalah ini.
Ke esokan malamnya, murid-murid
Abunawas bergerak kearah rumah tuan kadi. Laksanan demonstran, mereka
berteriak-teriak menghancurkan rumah tuan kadi. Orang-orang kampung merasa heran
melihat kelakuan mereka.
Murid-murid :
Ayo semua… Hancurkan rumah tuan kadi!! Hancurkan!! Hancurkan!!
Orang-orang kampung berusaha
mencegah tindakan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abunawas terlalu
banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. Melihat banyak orang
merusak rumahnya, tuan kadi segera keluar dari rumahnya.
Tuan kadi :
Hentikan!!! Hentikan!! Kalian semua, apa yang kalian lakukan? Kenapa
kalian menghancurkan rumahku? Siapa yang menyuruh kalian?
Murid-murid :
Guru kami, tuan Abunawas yang menyuruh kami.
Tuan kadi :
Apa? Abunawas? Keterlaluan dasar Abunawas provokator! Orang gila! Besok
pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda Raja.
Murid-murid Abunawas terus
menghancurkan rumah tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.
Dan ke esokan harinya, tuan kadi
mengadukan kejadian semalam sehingga Abunawas di panggil menghadap Baginda
Raja.
Tuan kadi :
Ampun Baginda Raja, hamba kemari ingin mengadukan kejahatan Abunawas
yang telah merusak rumah hamba tanpa sebab. Baginda, ia memerintahkan
murid-muridnya untuk menghancurkan rumah hamba hingga rata dengan tanah.
Raja : Baiklah, aku akan memanggil Abunawas untuk
menjelaskan masalah ini.
Baginda Raja memerintahkan
pengawalnya untuk memanggil Abunawas. Setelah Abunawas menghadap Baginda Raja,
ia ditanya oleh Baginda Raja dan penasihatnya.
Raja : Hai Abunawas! Apa sebab musababnya kau
merusak rumah kadi itu?
Penasihat :
Tidak tahukah kau Abunawas, perbuatanmu itu telah melanggar hukum!
Abunawas :
Wahai tuanku, sebabnya adalah pada suatu malam hamba bermimpi.
Bahwasanya tuan kadi menyuruh hamba merusak rumahnya, sebab rumah itu tidak
cocok baginya. Ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi, karena mimpi itulah
maka hamba merusak rumah tuan kadi.
Penasihat :
Hai Abunawas, apa kau sudah tidak waras? Bolehkah hanya karena kau
bermimpi sebuah perintah. Maka kau melakukannya? Hukum dari negeri manakah yang
engkau pakai itu?
Raja : Abunawas, kau sungguh keterlaluan! Sadarkah
apa yang telah kau lakukan?!
Abu nawas :
Maaf Baginda Raja, hamba memakai hukum tuan kadi yang baru ini tuanku.
Mendengar perkataan Abunawas, seketika
wajah tuan kadi menjadi pucat. Ia terdiam seribu bahasa.
Raja : Hai kadi, benarkah kau mempunyai hukum
seperti itu?
Kadi : I… itu … itu ……
Tuan kadi tidak menjawab,
wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut.
Raja : Abunawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan
kenapa ada peristiwa seperti ini?!
Abunawas :
Baiklah, tetapi untuk lebih jelasnya. Hamba telah membawa dua orang
suami-istri yang menjadi korban hukum tuan kadi. Mereka telah berada di luar
gerbang istana, izinkan hamba untuk memanggil mereka.
Raja : Baiklah!
Abunawas pun pergi untuk
memanggil kedua orang tersebut.
Abunawas :
Inilah mereka baginda raja, biarkan mereka yang menjelaskan kejadiannya!
Pria tua : Sebelumnya kami minta maaf Baginda Raja,
kami disini adalah orang baru. Kami datang ke negeri Baghdad ini untuk
berdagang dengan membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu hari rumah kami
di datangi oleh tuan kadi, tuan kadi berkata bahwa pada suatu malam ia bermimpi
putrinya kawin dengan putra kami dengan mahar sekian banyak. Lalu maksud
kedatangannya untuk mengambil mahar atau mas kawin itu, padahal itu hanya mimpi
Baginda. Tentu saja kamu tidak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Tetapi
tuan kadi memaksa dan merampas harta benda milik kami sehingga kami menjadi seorang
pengemis gelandangan.
Baginda Raja terkejut mendengar
penuturan dari orang tersebut. Baginda Raja pun menanyakan dan meminta
pengakuan dari tuan kadi.
Raja : Kadi! Apa benar apa yang di katakana oleh
orang ini?
Kadi :
I…itu…itu… maaf Baginda Raja. Hamba tidak bermaksud melakukan itu,
maafkan hamba Baginda Raja.
Raja : Kurang ajar!! Ternyata aku telah mengangkat
seorang kadi yang bejat moralnya. Mulai sekarang aku pecat kau sebagai seorang
kadi dan seluruh harta bendamu harus diberikan kepada dua orang ini.
Tuan kadi :
Baginda Raja, kumohon kebijakanmu. Aku menyesal atas perbuatanku, aku
tidak akan mengulanginya. ku mohon Baginda Raja beri aku kesempatan untuk
memperbaiki diriku.
Raja : Ya, aku berikan kau waktu untuk memperbaiki
dirimu. Tapi tidak dengan jabatanmu sekarang! Pengawal!! Bawa orang ini keluar
dari istanaku.
Akhirnya tuan kadi pun mendapat
balasan sesuai apa yang telah di perbuatnya. Ia kini harus memulai dari awal
lagi karena ia kini tidak memiliki apa-apa.
Setelah perkara selesai,
kembalilah kedua orang itu dengan Abunawas pulang ke rumahnya, kedua orang itu
hendak membalas kebaikan Abunawas.
Pria tua : Kami ucapkan terima kasih banyak kepada
tuan, kami ingin membalas kebaikan tuan Abunawas. Kami mohon terimalah imbalan
terima kasih kami ini.
Abunawas :
Janganlah engkau memberiku barang sesuatu kepadaku, aku tidak akan
menerimanya sedikitpun juga.
Kedua orang tersebut benar-benar
mengagumi Abunawas, ketika kedua orang tersebut kembali ke negeri asalnya,
mereka menceritakan tentang kebaikan Abunawas itu kepada penduduk Mesir
sehingga nama Abunawas menjadi sangat terkenal.
Setelah perkara itu, Abunawas
hampir tidak lagi di panggil ke istana untuk menghadap Baginda Raja, hal itu
membuat Abunawas tenang. Abunawas pun melakukan aktivitasnya seperti biasa
dengan lancar, seperti bekerja, mengajari murid-muridnya dan sering minum di
kedai teh.
Saat abunawas berjalan pulang, di
kejauhan ia melihat beberapa prajurit kerajaan di rumahnya. Hati Abunawas
langsung cemas, ada suatu hal yang tidak beres di sana.
Abunawas :
Lagi-lagi Raja berbuat ulah, hah….!!! Hai, kalian! Apa yang sedang
kalian lakukan. Kenapa kalian membongkar dan menggali tanah rumahku?
Prajurit : Kami hanya menjalankan titah Baginda Raja.
Karena kami tidak menemukan apa yang kami cari, maka kami akan pergi.
Prajurit-prajurit itu pun pergi
tanpa menemukan apa yang mereka cari. Abunawas hanya tertunduk sedih
mendengarkan penuturan istrinya.
Istri Abunawas :
Beberapa pekerja kerajaan atas titah Baginda Raja, tiba-tiba langsung
saja membongkar dan terus menggali tanah rumah kita tanpa bisa di cegah. Kata
mereka tadi malam
Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah kita terpendam emas dan
permata yang tak ternilai harganya, tetapi emas dan permata itu tidak di
temukan dan mereka seenaknya pergi dengan rumah kita yang berantakan seperti
ini.
Abunawas :
Sudahlah jangan kau basahi pipi mu untuk menangisi hal seperti ini.
Berdoalah minta kesabaran pada Tuhan. Tetapi ini tidak bisa dibiarkan.
Istri Abunawas :
Apa maksud mu ?
Abunawas : Aku harus memberikan pelajaran
atas perbuatan Raja ini.
Istri Abunawa :
Sudahlah, tidak baik menyimpan dendam seperti itu, kita ikhlaskan saja
dan bersabar.
Dua hari setelah peristiwa itu
berlalu dan Baginda Raja juga tidak meminta maaf kepada Abunawas, apalagi
mengganti kerugian. Inilah yang membuat Abunawas memendam dendam.
Istri Abunawas :
Suami ku, kau masih memikirkan kejadian kemarin sudahlah kau bilang kita
harus bersabar kan !
Abunawas :
Kau benar tapi kita juga jangan hanya berpasrah.
Istri Abunawas :
Lalu apa yang akan kamu lakukan ? lihatlah makanan yang aku hidangkan
dikelubungi lalat karena tidak kau makan.
Melihat lalat-lalat mulai
menyerbu makanan Abunawas yang sudah basi, ia tiba-tiba tertawa riang.
Abunawas :
Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku yang sudah basi.
Istri Abunawas :
Untuk apa?
Abunawas :
Membalas Baginda Raja.
Istri Abunawas :
Apa kau benar-benar ingin melakukannya, suamiku?
Abunawas :
Iya, Baginda Raja tidak bisa seenaknya saja seperti ini. Ia tidak bisa
sewenang-wenangnya meskipun ia seorang raja.
Dengan muka berseri-seri Abunawas
berangkat menuju istana. Setiba di istana Abunawas membungkuk hormat.
Abunawas :
Ampun tuanku, hamba menghadap tuanku baginda raja hanya untuk mengadukan
perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin
dari hamba dan berani memakan makanan hamba.
Raja : Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu,
wahai Abunawas?
Abunawas :
Lalat-lalat ini tuanku, kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda
Raja junjungan hamba.
Raja : Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau
inginkan dariku?
Abunawas :
Hamba hanya menginginkan izin tertulis dari Baginda Raja sendiri agar
hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu.
Raja : Bagaimana menurutmu, penasihatku?
Penasihat :
Disituasi seperti ini, Baginda Raja harus menunjukkan keadilan dan kebijakan
Baginda Raja.
Akhirnya Baginda Raja membuatkan
surat izin yang isinya memperkenankan Abunawas memukul lalat-lalat itu
dimanapun mereka hinggap.
Abunawas :
Terima kasih Baginda Raja, hamba sudah membawa tongkat besi dari rumah.
Baginda Raja dan penasihatnya
heran dengan apa yang akan dilakukan Abunawas dengan tongkat itu. Abunawas pun
membuka tutup kain dipiringnya dan mengusir lalat-lalat yang ada dipiringnya
hingga lalat-lalat itu terbang dan hinggap di sana-sini. Abunawas mulai mengejar
dan memukuli lalat-lalat itu.
Ada yang hinggap di kaca, guci,
vas bunga, tembok, bahkan Abunawas tidak merasa malu memukul lalat yang
kebetulan hinggap di tempayan baginda raja. Alhasil, sebagian dari istana dan
perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abunawas.
Abunawas :
Baginda Raja, bagaimana ini? Abunawas menghancurkan semua barang-barang
kesayangan Baginda Raja.
Raja : Aku tidak percaya ini. Ini semua salahmu!
Penasihat :
Loh…… Kenapa Baginda Raja jadi menyalahkan saya? Bukankah Baginda Raja
yang telah mengacak-acak rumah Abunawas karena mimpi Baginda Raja? Abunawas
melakukan ini pasti karena tidak terima atas perbuatan Baginda Raja.
Raja : Sudahlah…… aku tidak bisa berbuat apa-apa
selain menyadari kekeliruan yang telah aku lakukan terhadap Abunawas dan
keluarganya.
Setelah selesai memukuli
lalat-lalat itu dan membuat seluruh barang-barang kesayangan Baginda Raja
hancur. Abunawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya sedang menunggu di rumah
untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.
Setelah Abunawas pulang Baginda
Raja hanya bisa bergumam.
Raja : Abunawas yang cerdik dan sering menyenangkan
orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas
dendam terhadap orang yang mengusiknya.
Baginda Raja belajar banyak dari
apa yang telah dilakukan Abunawas baik terhadap dirinya maupun masyarakat.
Kumpulan Naskah DramaTerbaru Cerita Abu Nawas. Itulah diatas naskah drama Abu Nawas yang dapat kam hadirkan pada pertemuan kita kali ini. Untuk memerankan sebuah tokoh dalam drama dibutuhkan penjiwaan dan penghayatan. Untuk itu sebelum kalian menggunakan naskah drama yang kami berikan diatas ada baiknya dibaca dan dipelajari terlebih dahulu agar karakter dan penjiwaan dalam naskah tersebut dapat dipentaskan dengan baik. terimakasih