Kumpulan Lengkap Puisi Prilly Latuconsina, Lima Detik Dan Rasa
Rindu
Kumpulan Lengkap Puisi Prilly Latuconsina, Lima Detik Dan RasaRindu. Tentang Prilly Latuconsina Prilly
Latuconsina lahir di Tangerang, Provinsi Banten, pada 15 Oktober 1996. Aktris,
presenter, penyanyi. Album solonya berjudul Sahabat Hidup. 5 Detik dan Rasa
Rindu adalah buku kumpulan puisinya yang pertama. 5 Detik dan Rasa Rindu terdiri
dari 3 bagian, yaitu Muasal Rindu (7 puisi), Lorong Kenangan (37 puisi) dan
Noktah (1 puisi). Catatan: ada banyak puisi
tanpa judul, hanya diberi tanda pagar (#), jumlah totalnya (kalo gak salah
itung) ada 66 buah, terbagi atas Muasal Rindu (18 buah), Lorong Kenangan (28
buah) dan Noktah (20 buah). Sehingga kalau ditotal dengan puisi berjudul maka
ada sekitar 111 puisi.
Lihat juga;
Puisi Prilly
Latuconsina dalam 5 Detik dan Rasa Rindu
#
Aku tidak mencintaimu
selamanya
Karena selamanya adalah waktu
yang lama
Dan waktu bisa mengubah hal
yang kadang tidak mau kuubah
Lebih baik aku mencintaimu
sepanjang hari
Dan itu berlaku untuk besok,
lusa dan seterusnya
#
Beruntunglah kamu
jika dicintai oleh orang yang
suka menulis sepertiku
Karena kemanapun kamu pergi,
namamu, dan semua tentangmu
akan abadi
dalam sajakku.
Dongeng Kesukaan
Kepergianmu membuatku
bersyukur
karena tidak lagi hidup di
dunia dongeng, tidak lagi
bahagia akan harapan-harapan
semu
yang tak kunjung menjadi nyata
Tapi ironisnya, aku lebih suka
hidup di dunia dongeng.
Kepergianmu membangunkanku
dari mimpi.
Mengakhiri kisah masih dalam
negeri dongeng
harapan-harapan yang muskil
terjadi
Ah,
ternyata aku masih betah di
sana
Dongeng yang indah.
Selalu kamu
Aku iri dengan laut yang tidak
bergantung pada angin,
hampa udara pun tetap indah
dengan biru yang membias.
Di sini aku hanya bisa menatap
rintik hujan, membalutku
dingin membuat jantungku makin
mengigil, akhirnya
seketika ku sampai pada titik
rindu,
yang enggan absen di kepalaku.
Kamu.
Tuntutan
Cinta ini menuntut untuk tetap
dekat tapi jarak tidak setuju.
Rindu ini menuntut untuk
tersampaikan tapi waktu menolaknya.
Kalau begitu aku berdoa saja,
karena tuhan tidak akan
menolak doa bukan?
Cinta tak Berbatas
Seketika cinta tak lagi
memiliki garis tepi, hilang batas perangkap
rindu yang kesunyian dan malam
tak lebih dari ruang sepi yang diisi
jejak sang waktu yang
berjarak. Sekali lagi, aku sepi sempurna.
#
Aku itu seperti hujan ya?
Walau sejuk tetap saja kamu
berteduh
#
Sakit yang terdalam adalah
yang tak terlihat oleh mata
Kesedihan yang terdalam adalah
yang tak terucap oleh kata
Dalam Diam Mencintai
Mencintai dalam diam sudah
menjadi kebiasaanku …
di sinilah aku, menikmati
jingga sang senja sambil mencium aroma
harum sang rindu, mengawasi
dalam jarak dan mendoakanmu
dalam sepi. Untukmu si indah.
#
Jangan kembali
hari ini maupun esok,
aku akan menolak walau hati
menangis
menahan rindu.
Kembalilah saat kamu sadar
aku adalah tempatmu pulang
bukan sekadar singgah.
Rindu Berulah
Rindu itu menjelma jadi angin
yang terarah,
menyelinap masuk ke ruang
hatiku yang masih saja kemarau,
beribu kata cinta pun tak ada
artinya,
jika tak bisa menyatukan
detakmu ke detakku.
Dan di sinilah aku,
diam bersama sepi
terkoyak penantian.
5 Detik ke Lorong Kenangan
5 detik tak sengaja menatap
mata itu lagi.
Menarikku pada lorong waktu,
masa lalu.
Saat pertama retina kita
saling bertemu.
Tidak menyalahkan kamu sama
sekali,
aku benci akan diriku,
keadaan dan rasa rindu yang
terus hidup.
#
Rindu menebarkan rasa
sepasang ingatan yang tak
ingin hilang,
menjelma genang air mata.
#
Aku lelah merindukanmu
Tak sedikit walau hanya
sedetik
Kamu seperti pekerja keras di
otakku
dan tak kenal kata libur.
Merindukanmu adalah candu
Dan, aku sudah ketergantungan.
#
Jika nanti cinta dan rindu tak
terdengar
di telingamu lagi, percayalah
doaku akan setia
memeluk jiwamu hingga malam
yang menyendiri.
Posesif
Seharusnya cintamu belajar
pada kesederhanaan gerimis yang ritmis:
Tenang dan menyejukkan.
Tak memberiku rasa takut.
Tak mengharuskanku menjawab
beribu rasa curiga.
Aku memilih Mengenangmu
Aku memilih mencintaimu dalam
diam
karena di sana aku tidak menerima
penolakan.
Aku memilih menyayangimu dalam
kesendirian
karena kesendirian tidak
mengharuskanku berjuang berulang kali.
Aku memilih angin yang
menyampaikan rinduku
agar kamu bisa merasakan
desaunya setiap hari.
Aku memilih menggenggammu di
dalam mimpi
karena di mimpi tidak ada kata
akhir.
Noktah
Teruntai noktah-noktah abadi.
Merajut garis dunia terbalut
panorama
Di ufuk sana, terbalut
pelangi-pelangi,
nuansa-nuansa diretaskan
menggores memori indah.
#
Terlalu menjaga perasaan orang
lain
sampai aku lupa tak ada yang
menjaga perasaanku,
terlalu tidak ingin menyakiti
sampai aku tak sadar selama
ini aku bahagia
di atas kepura-puraan.
Kadang hidup selucu itu.
Catatan Lain
Jika hanya berpatokan pada
daftar isi, maka hanya ada 45 judul puisi. Namun jika menengok ke dalam, akan
banyak sekali puisi yang diberi tanda pagar (#). Sempat kupikir sebagai puisi
serial (bersambung). Namun pikiran tersebut mentah karena, disamping tak ada
penanda waktu dan tanggal yang merupakan penutup sebuah sajak, juga puisi-puisi
bertanda pagar tersebut berdiri sendiri dalam satu halaman. Juga setelah
mencermati bahwa tak ada benang merah di antara puisi-puisi itu. Begini kata
penyair: “5 Detik dan Rasa Rindu adalah buku kumpulan tulisan saya yang
pertama. Sudah cukup lama saya biarkan mereka tercecer di dunia maya, laci
meja, bahkan saku celana. Mulai saat ini teman-teman pembaca bisa membawanya ke
mana-mana dan dapat dinikmati secara utuh dalam bentuk yang lebih nyata.
Alhamdulillah.//Entahlah, ini puisi atau namanya. Tapi, bukankah sebuah karya
tercipta karena niat si penciptanya? Maka saya akan menyebutnya sebagai puisi.
Ya puisi 5 detik. Karena niat saya menulis puisi, 5 detik. Puisi yang lahir
dari segala keresahan baik secara empirik maupun sekedar imaji yang kerap muncul
dalam keseharian saya.//Terlebih itu soal asmara. Hehehe …//” Ada 4 nama di
sampul belakang buku yang memberi segores kata, yaitu Raditya Dika, Risa
Saraswati, Soleh Solihun dan NN. Halaman persembahannya cuma berisi dua kata:
“Buat kamu”. Iya, kamu, Prillvers J Oya, puisi di halaman 35 secara prinsip
“sama” dengan puisi di halaman 103. Tapi kalau mau dikatakan “beda” bisa juga.
#
Jika dia mencintaimu, dia
tidak akan membiarkan
kamu berjuang sendirian.
Cinta memang sederhana itu.
(halaman 35)
#
Jika dia mencintai mu, dia
tidak akan membiarkanmu
berjuang sendirian.
Cinta memang sederhana itu.
(halaman 103)
Sumber ; Data buku kumpulan
puisi, Judul : 5 Detik dan Rasa Rindu, Penulis : Prilly Latuconsina
Penerbit : The PanasDalam
Publising, Bandung, Cetakan : IV, Juni 2017 (Cet. I: Feb 2017, III: Maret
2017), Tebal : 156 halaman (111 puisi, 45 puisi berjudul, 66 puisi bertanda #),
ISBN : 978-602-61007-0-2, Penyunting : Fuad Jauharudin, Ilustrasi sampul :
Nafan, Desain : Pidi Baiq, Desain isi : Deni Sopian Selanjutnya...