Kumpulan Puisi Karya Sugi Prayitno JANDAKU

-- --

Kumpulan Puisi Karya Sugi Prayitno JANDAKU
Kumpulan Puisi Karya SugiPrayitno JANDAKU, Untuk anda yang sedang mencari bahan referensi membuat puisi , di bawah ini adalah kumpulan puisi karya Sugidi Prayitno dengan salah satu puisinya yang cukup terkenal  yaitu Jandaku selengkapnya silhkan simak berikut dibawah ini;

"jandaku"
1.JANDAKU
Jandaku adalah keengganan
Dari kebisingan yang terhenti
Seperti air yang tercerai dari angin
Atau setumpuk es yang mencair

Besok, langkah kaki
Akan selalu sama
Menuju dunia itu, ini
Dan seperti yang aku kenal

Suaramu, gerakmu, caramu
Akan sama dan patah di sana-sini
Selalu-selalu saja sama
Seperti aku yang tercerai
Dari keenggananmu mecintaiku
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 18 Januari 2015

2.PADA EMBUN PAGI YANG TIDUR
Tubuhku kaku
Dimakan malam
Dibuang kejurang
Dimuntahkan

Pada embun pagi
Beralas jerami
Tubuhku kaku
Dicinta
Tak dirasa

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Perempuan-perempuan malam
Beranjak pulang
Setelah dicumbui lelah mimpi

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Penyair
Penyihir
Berkumpul
Merapalkan mantra dinding langit
Bangunkan sepi dikerak hati

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Bidadari datang ditempat tak terduga

Tubuhku kaku
Menanti bidadari menghampiri
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Kolong Malam_ 17 Januari 2015

Lihat juga:
3.BUNKO
Bunko, ditepian danau saiko
Tinta bunko menari senja
Bersama cahaya bunga sakura
Bertuliskan rindu pada bangau

Anta hen! anta hen! anta hen! anta hen!
Teriak anak kecil mencibir bibir langit
Berlari kearah redup malam
Meninggalkan bunko seorang diri

Mungkin rindu tak pernah ditemui
Di tanah menanti.

(Gundah, sepi, sendiri.)

Menjadi nyata
Seperti daging tersayat belati,
Au wa wakare no
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi_15 Januari 2015

4.PEREMPUAN DI TANAH TUBAN
Setahun yang lalu di tanah tuban
Berteman gerimis dan seorang teman
Aku jumpa perempuan nglirip
Rupanya masih aku ingat
Senadung doa bergeliya malam
Melukis rupa di dinding hati
Terselip sebuah kerinduan, seperti tuak
Yang tak sempat aku tenggak
Kini, hujan kembali mengulang memori
Pada tanah yang tak sempat aku cium
Hanya rupa hiasi hari dan malam
Perempuan nglirip di lorong bukit
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi Gerimis_ 22 Januari 2015

5.BUJANG TAK BERKELAMIN
Wahai,
Perempuan berkemban sutra.
Pada sepi gelap hati,
Yang mengharap peluk,
Air mata bujang tak berkelamin
Apakah pelarianmu dalam rahimmu, membuatmu lahir kembali ?

Saat menerawang,
Dirinya, seperti serpihan tatal, dari tajam kampak, yang menguliti inci nadi. Mengaung dalam bingkai rimba
Adalah daun gugur darah ! Dari sakit yang tak terobati.

Wahai,
Perempuan perkemban sutra.
Bujang tak berkelamin,
Desahnya ingin, meski bahasanya tak kau mengerti ! Atau, kau yang pura- pura tuli.

Diam,
Diantara sepertiga malam tanpa jeda.
Menimang cinta, mengharap sempurna, menati tangis diujung jemari, sampai dia tumbuh uban tua dan mati, dirimu tak abadi, cintanya tulus menembus naluri.
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Kebumen 04 Februari 2015

6.KEMBANG KEMPIS MONOLOG SEMPIT
Kutulis monolog sempit ditengah hujan, saat kusendiri menatap daun kering diujung ranting, pohon tak berbunga, dan kupu- kupu bercumbu.
Membayang tentangmu lalu lalang melintas dengan jelas, mengkerdilkan manja pada kenangan yang rapuh terlunta.
Hingga laju alkisah semakin beringas di tepian jurang kematian, diiringi kalimat perpisahan, hanya menjadi basa-basi disetiap episod kerinduan.
Tembang rindu dalam isak yang parau, semakin gelap, menyamarkan. sudut mata menerka kelembutan nastapa.
Yang tak selembut malam itu
Kata-kata manja semakin menggema
Diiringi suara desir angin
Menerbangkan kalimat sakti
Entah kemana terbang dan kembali menjadi kalimat mantra, meluluhkan hati cinta.
Saat seorang telah mendampingi hidupmu, untuk selamanya, dari rasa yang tak lagi terpatri didalam hatimu, aku masih menyimpan memori senyum sempurna perjalanan panjang kisah cintaku bersamamu.
Disamping jalan
Ditengah tengah beringas jahanam
Serta laju kaki yang tak mau berhenti
Menyusuri lorong-lorong sepi
Di situ ada jejak yang tertinggal
Seperti bulan menerangi malam dan menanti datang gelap.
Malam yang telah berlalu
Hari-hari sepi tanpamu
Dan nyanyian gambang disudut kamar, mulai hilang nadanya. 
Kan kucari dalam diam
Disetiap jejak hitam putih kehidupan
Untuk mengecapi bulir-bulir tampias rindu di wajah yang betapa ingin ku nikmati selama mungkin.
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 18 Februari 2015

7.PEREMPUAN NEGERI JIRAN
Untuk perempuan di negeri jiran
Bukan teman, bukan saudara, pacar atau sejenisnya, bukan siapa-siapa
Ada jiwa yang tertinggal untumu, untukku rangkai menjadi rindu dimana kabut tak lama menunggu.
Aku termangu, menatap hujan, berkaca pada genangan, merasakan nyeri tak tertahan dari sekian lama aku berjalan tanpa makna.
Sedangkan pelarian menuju senja terasa sia-sia, kemudian duri bercampur serbekas mimpi, aku terseret menuju kemana, entah sampai kapan ujung kan melambai.
Dan kutemu benih yang membatu di sisi hati, begitu deras rintik gerimis membasuh benih dari keterasingan yang melepuh, dirimu sembuhkanku.
Karena aku inginkamu seperti ranting dan pohon yang mencengkram bumi, menikmati suasana yang hanyut, mengalir seperti kehidupan adalah hidup.
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 09 Maret 2015

8.DALAM RASA SAKIT
Aku hanya seorang kuli yang singgah di ujung kota, dari sebuah dusun tuk memperbaiki diri dari kemiskinan dan demi sebungkus nasi setiap hari,
Sekaligus sebagai pengembara yang hanyut dalam aliran waktu, yang telah mengasingkan ku dari ketidak adilan negeri ini, ketika anak-anak muda lebih mencintai kematian dari pada kehidupan, diantaranya adalah aku,
Yang tercengang akan keadilan hukum: sebab hukum negeri ku adalah uang dan kekuasaan, namun jika hukum tak mampu berbuat adil, aku yakin peluru dan tajamnya belati akan mempan tuk membelinya.
Dan kukibarkan bendera hitam diujung tangis malam yang hanya mampu meratap nikmat mewah, sehat dan keselamatan, yang telah dirampas oleh para dokter yang tak lebih dari seorang diktator dan teroris yang telah merampas nyawa , teman serta mereka yang tak punya biyaya untuk kerumah sakit dan akhirnya mereka merdeka dengan senyum kematiannya.
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 13 Maret 2015

9.SUDAH CUKUPKAH
Sudah cukupkah, dinding kematian
Mengusap air mata dan membuang duka menjadi debu permata.
Katakan pada tuhanmu, setelah surga apa lagi kesenangan yang abadi.
Sedangkan, semua mani nyaris ku telan dalam jeda koma, di saat mereka sakit dengan pemikiran gila, yang tak mereka tulis untuk orang waras.
Disaat waktu memperkosaku dengan gerak membosankan, berbinar dan kecewa.
Membuatku setengah sadar dan sedikit gila, bahwa aku masih berdiri dalam diam tuk menikmati rasa lembut dan bening.
Yang membuatku ingin berbisik, bahwa kelak di kota ini, aku akan di lahirkan berkali-kali dari rahim seorang ayah.
Dan katakan pada anak-anakmu kelak, tentang narasi seseorang ayah yang telah melahirkanku dengan huruf berserakan diantara dinding rahim.
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 11 Maret 2015

10.DALAM CERMIN
Ada cermin, dari jiwa yang resah
Mencari kedamaian, mengagumi diri
Lalu memamerkannya.
Menutupi diri dari jiwa yang rentan
Atas kesepian dan kekurangan
Yang tak mampu lagi tergali diantara dangkalnya rasa sakit
Untuk meredam gelisah
Mempertaruhkan kewarasan
Dan kewajaran terakhir pada tubuh
Sebagai penyelamat dari gelisah yang mengerikan, sedikit menyadari dan menganggap ini bagian dari takdir
Dengan wajah gurat lamat
Tanpa bintang di dinding malam
Seikat senyum, terkunyah sepi
Untuk mengubur resah
Dan menggores rentan di garis takdir
Dirimu masih terkapar
Diantara kengerian yang hebat.
Bekasi 08 Maret 2015

Kumpulan Puisi Karya SugiPrayitno JANDAKU, Demikianlah kumpulan puisi karya Sugidi Prayitno yang telah kami himpun dari beberapa sumber; media internet semoga bermanfaat dan sampai berjumpa lagi.